Oleh :
Ust. Eman Sulaiman
Dewan Asatidz Tasdiqul Quran, Penasihat Pemuda PUI KBB
Ada satu hari dalam setahun di mana air mata pengharapan tertumpah, langit terbuka, doa melesat tanpa hijab, dan ribuan jiwa dibebaskan dari api neraka.
Hari itu bukan hari raya. Bukan pula malam Lailatul Qadar. Akan tetapi, ia adalah Hari Arafah—satu anugerah teragung bagi siapapun yang masih bernapas dan beriman.
A – HARI ARAFAH, HARI TERBAIK DALAM SETAHUN
Hari Arafah jatuh pada tanggal 9 Zulhijjah, sehari sebelum Idul Adha. Inilah hari ketika jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah—puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji.
Namun, kemuliaannya tidak hanya berlaku bagi para hujjaj. Umat Islam di seluruh dunia juga dapat memetik berkah besar dari hari ini.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tiada satu hari pun yang pada hari itu Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka lebih banyak daripada Hari Arafah.
Sesungguhnya, Allah mendekat dan berbangga kepada para malaikat-Nya seraya berkata, ‘Apa yang mereka inginkan?'” (HR Muslim, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Hari Arafah disebut oleh para ulama sebagai sebaik-baik hari dalam setahun, bahkan lebih utama dari sepuluh malam terakhir Ramadhan dari sisi waktu siangnya.
B – WAKTU MUSTAJAB UNTUK BERZIKIR DAN BERDOA
Nabi ﷺ bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR At-Tirmidzi)
Doa di hari ini sangat dekat dengan pengabulan. Maka, manfaatkan waktu antara Ashar hingga Magrib (waktu Arafah) untuk berdoa dengan khusyuk, bermunajat memohon ampun, dan memohon segala hajat dunia-akhirat.
Selain doa, Nabi ﷺ juga mengajarkan zikir yang sangat utama untuk dibaca berulang-ulang di hari Arafah:
لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ لَهُ ٱلْمُلْكُ وَلَهُ ٱلْحَمْدُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir.
“Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad)
C – PINTU BESAR BAGI MEREKA YANG TIDAK BISA BERHAJI
Imam Ibnu Rajab memberi nasihat yang dalam, “Siapa yang terlewat menunaikan wukuf di Arafah, hendaklah ia berdiri di hadapan Allah dalam ketaatan sejati di mana pun ia berada.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 287)
Artinya, semua orang berkesempatan mendapatkan pahala dan ampunan besar di Hari Arafah, walau tidak hadir secara fisik di tanah suci.
Bahkan, beliau melanjutkan dengan analogi yang menggugah hati:
- Belum bisa wukuf di Arafah? Berhentilah di batasan syariat Allah yang kamu tahu.
- Belum bisa mabit di Muzdalifah? Bermalamlah di atas ketaatan.
- Tidak mampu menyembelih hewan hadyu di Mina? Sembelihlah hawa nafsumu.
- Tidak bisa ke Baitullah karena jauh? Niatkan untuk mendekat kepada Rabb-nya, karena Dia lebih dekat dari urat lehermu sendiri.
D – PENGAMPUNAN UNTUK SEMUA
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ketika Hari Arafah tiba, setiap orang yang memiliki iman walau seberat biji sawi akan diampuni dosanya.”
Ketika ditanya apakah itu hanya untuk yang berhaji, beliau menjawab,
“Tidak, untuk semua manusia.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 492)
Lalu, amalan-amalan apa saja yang dianjurkan untuk kita optimalkan pada hari Arafah ini?
- Shaum Arafah (bagi yang tidak berhaji) → Menghapus dosa setahun lalu dan setahun yang akan datang (HR. Muslim).
- Doa dan zikir sebanyak-banyaknya → Terutama antara waktu Ashar-Maghrib (WIB) karena ini bertepatan dengan waktu wukuf di Arafah.
- Istighfar dan taubat nasuha
- Membaca dan mentadabburi Al-Quran
- Sedekah dan amal sosial lainnya
E – JANGAN SIA-SIAKAN WAKTU EMAS INI
Hari Arafah hanyalah satu hari dalam setahun. Akan tetapi, pahalanya tidak terbatas. Ia laksana lautan rahmat yang terbuka bagi siapa saja yang ingin menyelam di dalamnya.
Jangan sampai kita hanya menjadi penonton, sementara pintu langit terbuka lebar untuk kita semua.
Sangat layak bagi siapapun untuk manfaatkan Hari Arafah ini sebagai momentum memperbarui iman, memperbaiki amal, dan memantapkan langkah menuju Allah Ta’ala.
📚 … Disarikan dari Lathaiful Ma’ārif (Imam Ibnu Rajab), Fadha ‘Ilul Quqāt (Imam Al-Baihaqi), Atlas Haji dan Umrah (Sami Al-Maghlouth) dan lainnya.