“Berqurban Merupakan Puncak Pengorbanan dan Ujian Keimanan” (Belajar dari Nabi Ibrahim as.)
Oleh : Kang Ibe
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ،وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.
اللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ.
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي جَعَلَ أَيَّامَ النَّحْرِ مَوْسِمًا لِلْقُرْبَانِ وَالطَّاعَةِ، وَشَرَعَ فِيهَا التَّقَرُّبَ بِٱلدَّمَاءِ تَحْقِيقًا لِلتَّقْوَى .نَحْمَدُهُ عَلَى نِعْمَةِ ٱلْإِيمَانِ وَنِعْمَةِ ٱلْإِسْلَامِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَوْلَانَا مِنَ الْخَيْرِ وَالْإِنْعَامِ،
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَمَرَنَا بِٱلتَّضْحِيَةِ وَأَمْرِنَا بِٱلتَّقْوَى،
وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى ٱلْأَمَانَةَ وَنَصَحَ ٱلْأُمَّةَ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلقيامة
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya. Salawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hari ini kita berada pada hari yang agung, hari Idul Adha, hari di mana semangat pengorbanan dan keimanan diperingati dengan penuh makna. Hari ini bukan sekadar hari menyembelih hewan qurban, tetapi hari pembuktian ketaatan dan ujian keikhlasan, sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam.
Ma’asyiral Muslimin
Mari kita renungkan kembali kisah agung Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, seorang kekasih Allah yang diuji dengan ujian yang sangat berat. Setelah puluhan tahun menanti hadirnya seorang anak, Allah anugerahkan Ismail, anak yang sangat dicintai. Namun, ketika anak itu tumbuh menjadi remaja yang shalih dan membanggakan, justru datang perintah dari Allah:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.”
(QS. As-Shaffat: 102)
Dan lihatlah bagaimana jawaban seorang anak yang tumbuh dalam didikan tauhid:
“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
(QS. As-Shaffat: 102)
Ini bukan hanya kisah, ini adalah pelajaran tentang totalitas iman dan keikhlasan. Nabi Ibrahim rela mengorbankan yang paling dicintainya demi menjalankan perintah Allah. Nabi Ismail pun siap menyerahkan dirinya demi ketaatan kepada Tuhannya.
Inilah diantara hakikat qurban, mengorbankan sesuatu yang kita cintai demi cinta yang lebih agung, yaitu cinta kepada Allah.
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ،
وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin
Peristiwa agung Nabi Ibrahim bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk diteladani. Qurban bukan sekadar ritual menyembelih hewan, tapi simbol dari kesediaan kita untuk tunduk kepada Allah, meski itu terasa berat dan mengorbankan sesuatu yang kita cintai.
“Sesungguhnya Allah tidak menerima darah dan dagingnya, tetapi Allah menerima dari kalian ketakwaan.”
(QS. Al-Hajj: 37)
Hari ini, banyak dari kita mampu membeli hewan qurban, tetapi tidak semua mampu mengorbankan egonya, waktunya, hartanya, atau bahkan nafsunya demi Allah. Maka, marilah kita bertanya kepada diri kita. Apa yang telah kita korbankan demi agama ini? Apakah kita sudah menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih kita cintai daripada diri dan keluarga kita?
Ma’asyiral Muslimin
Mari kita jadikan Idul Adha ini sebagai momentum memperbaharui keimanan kita. Di balik syariat kurban ini terdapat pelajaran besar yang sangat relevan dalam kehidupan orang-orang beriman, yaitu bahwa keimanan pasti akan diuji.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 155:
“Dan sungguh akan Kami uji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Ujian adalah keniscayaan dalam kehidupan orang-orang beriman. Allah ingin menyaring siapa yang benar-benar jujur dalam keimanannya dan siapa yang hanya berpura-pura.
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah contoh paling agung. Ujian demi ujian datang silih berganti: dari diperintahkan meninggalkan keluarganya di lembah tandus, hingga perintah menyembelih anak yang sangat dicintainya. Semua itu dilalui dengan penuh ketundukan dan keikhlasan.
Inilah hakikat keimanan, bukan sekadar ucapan, tetapi pembuktian dalam setiap cobaan.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Di hari yang agung ini, kita diajarkan bahwa:
Hidup tidak akan pernah lepas dari ujian. Ujian bukan tanda kebencian Allah, tetapi justru tanda cinta-Nya. Dengan ujian, Allah mengangkat derajat kita. Dengan ujian, dosa-dosa kita dihapuskan. Dengan ujian, hati kita dibersihkan dari cinta dunia yang berlebihan.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ankabut ayat 2-3:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan ‘Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Saudaraku,
Qurban bukanlah ritual semata. Ia adalah simbol dari keimanan yang telah teruji. Mari jadikan ibadah qurban ini sebagai bentuk ketundukan total kepada Allah. Bukan hanya menyembelih hewan, tetapi menyembelih kesombongan, hawa nafsu, dan kepentingan pribadi di atas perintah Allah.
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita, menjadikan kita hamba yang sabar dalam ujian, dan menempatkan kita bersama Nabi Ibrahim, Ismail, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di surga-Nya kelak. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.
Demikianlah khutbah yang saya sampaikan semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan kepada Allah kita mohon ampun
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ،
وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.
ٱللَّهُمَّ ٱغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَا، وَلِمَشَايِخِنَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِجَمِيعِ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَاتِ، ٱلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَٱلْأَمْوَاتِ.
ٱللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا أُضْحِيَاتِنَا، وَٱجْعَلْهَا دَلِيلًا عَلَىٰ صِدْقِ إِيمَانِنَا، وَقُرْبًا إِلَيْكَ يَا أَرْحَمَ ٱلرَّاحِمِينَ.
ٱللَّهُمَّ ٱجْعَلْ هَذَا ٱلْعِيدَ عِيدًا مُمْتَلِئًا بِٱلطَّاعَةِ وَٱلرَّحْمَةِ وَٱلْمَغْفِرَةِ، وَوَحِّدْ كَلِمَةَ ٱلْمُسْلِمِينَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ.
ٱللَّهُمَّ كُنْ لِإِخْوَانِنَا ٱلْمُسْتَضْعَفِينَ فِي فِلَسْطِينَ، فِي غَزَّةَ وَالضِّفَّةِ وَسَائِرِ ٱلْأَرَاضِي ٱلْمُقَدَّسَةِ،
ٱللَّهُمَّ كُنْ مَعَهُمْ وَلَا تَكُنْ عَلَيْهِمْ،
ٱللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِنَصْرِكَ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، وَسَدِّدْ رَمْيَهُمْ، وَاشْفِ جَرْحَاهُمْ، وَارْحَمْ شُهَدَاءَهُمْ.
ٱللَّهُمَّ فُكَّ قَيْدَ ٱلْمُعْتَقَلِينَ، وَرُدَّ ٱلْمُهَجَّرِينَ إِلَىٰ دِيَارِهِمْ، وَأَعِدْ لِلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَىٰ مَجْدَهُ وَعِزَّهُ وَحُرِّيَّتَهُ.
ٱللَّهُمَّ ٱنْصُرْ مَنْ نَصَرَ ٱلدِّينَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ ٱلْمُسْلِمِينَ، وَٱجْعَلْ كَلِمَتَنَا هِيَ ٱلْعُلْيَا، وَكَلِمَةَ ٱلْبَاطِلِ هِيَ ٱلسُّفْلَىٰ.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا، إِنَّكَ أَنْتَ ٱلسَّمِيعُ لتعليم، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ.
وَصَلَّى ٱللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ.