
pemudapuikbb.com Cisarua-KBB. Pemuda Persatuan Ummat Islam Kabupaten Bandung Barat (Pemuda PUI KBB) menyelenggarakan Training for Trainer dengan mengangkat tema kegiatan “Bergerak Bersama, Memberi Solusi Untuk Negeri: Mengolah Sampah Jadi Taman Pangan”. Kegiatan ini diselenggarakan di Rumah Kayu Permculture (RKP) Bandung yang berlokasi di Kampung Bongkok Pojok RT 04 RW 07, Desa Padaasih, Kec. Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Empat puluh lebih peserta antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan pelatihan ini. Semangat peserta tetap terpancar di tengah kondisi sedang menjalankan ibadah puasa.
Pak Luky L. Santoso selaku owner dan founder Rumah Kayu Permaculture Bandung tak kalah semangatnya memberikan materi baik teori maupun praktik lapangan. Beliau adalah sosok yang berpengalaman di dunia permakultur baik di level lokal hingga nasional. Profil beliau juga adalah sebagai Asesor pertanian organik, Certified Permaculture Designer, Dosen Vokasi Agribisnis UNPAR. Pengalaman yang begitu banyak dan jam terbang yang sudah tinggi membuat pelatihan tidak membosankan dan peserta aktif bertanya tentang dunia permakultur. Level internasional beliau dan team berhasil mengorganikkan Zimbabwe dengan tingkat peningkatan di atas 60 persen.

Pelatihan kali ini diperkenalkan tentang permakultur dan urgensinya bagi keseimbangan kehidupan manusia di bumi. Bahwa manusia harus menjaga keseimbnagan ekosistem kehidupan di atas muka bumi. “Tuhan Allah SWT menciptakan segala sesuatu itu sempurna dan memiliki hikmah. Tidak ada yang sia-sia. Semua bisa dimanfaatkan, tidak untuk dibuang dan sampah bisa diolah kembali menjadi lebih baik dan bermanfaat. Pelajaran penting di RKP ini setiap sudutnya menjadi ilmu penting yang bisa diterapkan untuk menciptakan keseimbangan kehidupan di rumah masing-masing. Kita di sinibisa panen air hujan hingga air yang turun dari langit kita tangkap, simpan dan salurkan sebanyak-banyaknya sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia. Kita bisa mengolah sampah menjadi kompos, kompos digunakan untuk memupuk tanaman pangan untuk kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari tanpa kita harus beli dan itu sehat karena semuanya organik. Tak cukup seharian untuk belajar permakultur di sini karena satu sudut jika dijelaskan akan butuh seharian.”

Senada dengan pak Luky, kang Julhayadi ketua Pemuda PUI KBB menyampakan belajar permakultur sangat penting bagi bekal kita dalam menjaga keseimbangan alam. “Kesadaran dalam diri kita perlu diaktualisasikan untuk menjaga lingkungan minimal mulai dari rumah-rumah kita. Gerakan pilah sampah, mengolahnya menjadi pupuk organik berupa kompos ataupun pupuk organik cair adalah langkah baik dalam mengurangi sampah hingga ke TPS/TPA. Kita juga dari sekarang bikin taman pangan di halaman rumah untuk mengurangi ketergantungan dari pasar. Jika gerakan dan langkah ini dilaksanakan oleh setiap keluarga maka permasalahan sampah dan lingkungan lainnya bisa diselesaikan dari rumah. Tidak akan ada kasus TPS/TPA yang overload, pemanasan global, kekurnagan pangan dan permasalahan lainnya. Mari kita galakkan dan ajak yang lainnya untuk bergerak bersama menjadi bagian dari solusi negeri kita tercinta.”
Di tempat terpisah pak Rismanto, M.I.Kom anggota DPRD KBB menyampaikan apresiasi dan dukungan terhadap kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemuda PUI KBB berkolaborasi dengan Rumah Kayu Permaculture (RKP) Bandung dan juga didukung oleh Rumah Zakat ini. “Saya sangat apresiasi dan mendukung kegiatan positif ini. Pelatihan yang dibutuhkan oleh setiap orang dan keluarga untuk mengurai sampah dan mengurangi ketergantungan dari pasar. Mengolah sampah menjadi taman pangan adalah ide luar biasa untuk mengurangi permasalahan lingkungan dan juga untuk mendukung ketahanan pangan keluarga. Saya berharap kegiatan ini tidak sampai di sini tapi bisa berlanjut ke pelatihan-pelatihan lainnya.”
Maryam salah seorang peserta pelatihan menyampaikan sangat senang dengan kegiatan pelatihan ini. Pasca pelatihan ini akan membuat sebuah demplot di sekitar rumahnya sebagai output dari TFT permaculture kali ini. “Saya dan teman-teman jadi termotivasi untuk membuat demplot di rumah. Amazing banget ternyata apa yang ada di lingkungan kita tidak ada yang sia-sia. Semuanya bisa dimanfaatkan kembali tanpa merusak lingkungan. Kami juga baru menyadari bahwa kita tidak perlu banyak membeli dan bergantung ke pasar karena kita sudah bisa membuatnya di rumah. Kita olah sampah jadi pupuk organik dan itu kita manfaatkan kembali untuk menyuburkan tanaman kita, begitu pungkasnya.”
