
pemudapuikbb.com Kota Bandung. Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Ummat Islam Jawa Barat (DPW PUI Jabar) berencana akan terjemah kitab Raudhatul ‘Irfan fi Ma’rifatil Qur’an karya K.H. Ahmad Sanusi. Hal ini disampaikan oleh ketua DPW PUI Jawa Barat H. Iman Budiman, S.Th.I., M.Ag pada acara buka bersama dan rapat pleno DPW PUI Jawa Barat pada hari rabu (19/03/2025) di kantor DPW PUI Jabar Jl. Sandang Jl. Cirengot No.1, Sukamulya, Kec. Cinambo, Kota Bandung. Upaya terjemah kitab ini merupakan agenda DPW PUI Jawa Barat untuk memperkuat khasanah keilmuan di internal PUI sendiri.
“Kami sudah diskusi dan sepakat untuk melakukan upaya translete kitab Raudhatul Irfan fi Ma’rifatul Qur’an karya K.H. Ahmad Sanusi. Ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat khasanah keilmuan kita di PUI. Kitab yang ditulis pakai arab pegon ini belum ada terjemahan ke dalam bahasa Indonesia dan huruf latin. Kita bertekad untuk melakukannya. Saya selaku ketua DPW PUI akan membentuk tim penerjeamah ini dan yang bertugas nanti bisa menjadi pahala jariyah kita semua. hari ini saya menunjuk Dr. Irfan kabid pendidikan DPW PUI Jawa Barat sebagai ketuanya. Selanjutnya pak doktor silahkan bentuk tim di bawahnya” ungkap H. Iman Budiman, S.Th.I., M.Ag ketua DPW PUI Jawa Barat.
Kitab Raudhatu Al-’Irfan adalah kitab tafsir al-Qur’an berbahasa Sunda yang terdiri dari matan (teks al-Qur’an), terjemahan matan, dan syarah. Kemudian, disisipi dengan masalah tauhid yang cenderung beraliran ‘Asy’ari dan masalah fikih yang mengikuti madzhab Syafi ’i. Kedua madzhab dalam Islam itu memang dianut oleh kebanyakan masyarakat muslim di wilayah Jawa Barat. Penulisan Raudhatu al-‘Irfan merupakan mata rantai kegiatan kreatif Kyai Sanusi dalam mengungkapkan pikirannya melalui sarana bahasa sunda. Kitab tafsir pertamanya adalah Malja’al Thalibin fi Tafsir Kalam Rabb al-‘Alamin, tapi penulisannya hanya sampai juz 9 yang terdiri dari 28 jilid yang tipis-tipis. Format naskah Malja’al-Thalibin tidak mengikuti format kitab keislaman klasik yang lazim karena di dalam Malja’al-Thalibin tidak dibedakan ruas untuk matan dan ruas untuk syarah. Dapat diperkirakan bahwa penafsiran K.H. Sanusi dalam Malja’alThalibin ada yang disampaikan dan ditulis kembali dalam Raudhatu al-‘Irfan. (tanwir.id)
